HMIPEKANBARU – Peneliti senior Lembaga Survei Indonesia (LSI) Burhanuddin Muhtadi menyatakan pembatalan penataan koalisi dan rehuffle menyisakan kesenjangan pendapat yang tidak terselesaikan di dalam Partai Demokrat. Tanpa lampu sinyal kanan atau kiri dalam soal reshuffle, SBY bagai bajay, katanya.
Kader Partai Demokrat yang duduk di pengurus pusat bersuara lantang menginginkan adanya penataan koalisi dan reshuffle sangat keras.
Tiga kader Partai Demokrat, yakni Ulil Abshar Abdalla, Ikhsan Modjo, dan Rachland Nashidik secara gamblang meminta reshuffle dua menteri dari PKS, yakni Menteri Pertanian dan Menteri Komunikasi dan Informatika.
Bahkan, Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum bersuara cukup keras, yakni menginginkan koalisi harus sehat dan berakhlaq. Namun pendapat kader ini tak mendapat tanggapan dari Presiden Yudhoyono.
“Presiden Yudhoyono lebih percaya kepada mitra koalisi
daripada suara partainya sendiri,” jelas Burhanuddin di tengah Diskusi Bicara Republik di Jakarta, Rabu (16/3/2011).Keputusan politik presiden ini takkan langsung berdampak pada Partai Demokrat karena kekang komando partai tetap berada di tangan Yudhoyono, yang juga duduk sebagai Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat.
Namun ia mengingatkan adanya dampak beruntun dari keputusan mempertahankan koalisi dan kabinet.
Menurutnya mitra koalisi setia, yakni PKB dan PAN bakal mengalami demoralisasi. Keduanya memiliki kepentingan untuk bersikap setia. Kepentingan ini adalah mendapat tambahan jatah menteri.
Namun presiden bersikap sebaliknya, evaluasi presiden belum menunjukkan perubahan komposisi koalisi. Mereka tak mendapatkan apapun dari kesetiaan terhadap presiden. Demoralisasi ini akan menumbuhkan sikap beringas mitra koalisi setia di DPR.
“Alhasil, partai Demokrat yang akan babak belur di DPR. Mereka harus menghadapi seluruh partai, baik dari koalisi maupun yang di luar koalisi. Kalau Partai Demokrat frustasi, bisa saja mereka juga mengalami demoralisasi. Toh, mereka juga tidak dipercaya oleh presiden,” jelasnya.
Ia mengakui bahwa sikap presiden susah untuk ditebak. Perilaku politik presiden tidak diawali dengan pertanda apapun, bahkan oleh kalangan DPP Partai Demokrat sendiri. “Presiden itu seperti bajaj, tidak ada lampu sign kanan ataupun kiri,” candanya.