HMIPEKANBARU - Berbagai kasus korupsi yang marak dilakukan oleh para pejabat negara dari pusat hingga daerah, mega-skandal BLBI, Century dan Krakatau Steel, kejahatan kerah putih dan pelanggaran HAM berat akibat dari dominasi pragmatisme pemerintahan SBY dan kekuatan uang dalam kehidupan bernegara, makin mempertegas negara ini sebagai negara gagal. Di mana pemerintah yang berkuasa (red-SBY-Boediono) tidak becus mengurusi dan menangani bangsa ini. Tak ada pilihan lain, selain mundur dari jabatanya dengan segera!
Atas kenyataan tersebut, sejumlah tokoh masyarakat dan agama yang tergabung dalam diskusi Refleksi Bersama dalam rangka memperingati Hari Anti Korupsi Sedunia di Gedung Konferensi Waligereja Indonesia, Jakarta, Rabu (8/12/2010), mendesak SBY-Boediono melakukan tindakan big bang atau ledakan dahsyat dengan segera.
Salah satu tokoh yang hadir dalam diskusi itu adalah Din Syamsudin. Menanggapi persoalan komplek yang sedang dihadapi bangsa Indonesia ia mengakui bahwa pemberantasan korupsi di Indonesia tak berjalan cepat. “Ini menuntut adanya big bang atau ledakan dashyat yang perlu dilakukan pemangku amanat tertinggi, yaitu Presiden. Tanpa big bang, efek getar dan efek jera di lingkungan aparat penegak hukum tak besar,” kata kata Ketua Umum Muahamadiyah itu.
Para tokoh itu juga mengancam, jika pemerintah tidak juga melakukan gebrakan yang membawa pada perbaikan, maka tak ada jalan lain selain turunnya kelompok masyarakat madani ke jalan. “Kelompok civil society jika perlu harus melakukan big bang tersebut,” kata mereka.
Diskusi yang dihadiri para tokoh agama dan masyarakat itu menyampaikan keprihatinan yang mendalam atas segala persoalan bangsa yang tengah dihadapi ini, para tokoh peserta diskusi bersepakat menyimpulkan bahwa rezim SBY dinilai gagal membasmi korupsi dan kemiskinan yang menjadi janjinya sejak kampanye. Ironisnya SBY malah terus melakukan kebohongan yang amat fatal.
Di antara kebohongan SBY itu adalah soal angka kemiskinan yang dikatakan semakin menurun setiap tahun. Padahal, parameter kemiskinan versi pemerintah dinilai tak layak dan jauh dari kenyataan yang sesungguhnya, yaitu orang dengan penghasilan sekitar Rp 211.000.
“Justru bohong jika kita tidak mengatakan bahwa pemerintah telah banyak berbohong,” kata Effendi Gazali, moderator dalam diskusi tersebut.
Pernyataan Effendi tersebut paling tidak menjadi intisari dari diskusi yang dihadiri para tokoh masyarakat dan pemuka agama, seperti Ketua Umum Muhammadiyah Din Syamsuddin, tokoh Muhammadiyah Buya Syafii Maarief, tokoh Nadhlatul Ulama Solahuddin Wahid, Ketua KWI M Situmorang, Ketua Persatuan Gereja-gereja Indonesia Pdt Andreas Yewangu, Romo Benny, Moeslim Abdurrahman, pegiat antikorupsi Teten Masduki, dan Ketua Institut Ecosoc Sri Palupi. Ada pula mantan Ketua Umum PAN Soetrisno Bachir, ekonom senior Rizal Ramli, pengacara senior Todung Mulya Lubis, dan lainnya.
Mereka meminta Presiden Susilo Bambang Yudhoyono selaku pemimpin bangsa melakukan perubahan dan berhenti membohongi rakyat. Effendi mengatakan akan mengajukan sejumlah tuntutan kepada Presiden. “Itu segera kami rumuskan,” kata Effendi.
Tim perumus terdiri dari Sri Palupi, Teten, dan Romo Benny. Jika tak dipenuhi dan tak ada perubahan, mereka akan turun ke jalan pada Januari mendatang. Aksi turun ke jalan tersebut mereka namakan Gerakan Januari 2011.